KemerdekaanIndonesia sudah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Meskipun demikian, Belanda tidak mengakui kemerdekaan itu dan terus berusaha untuk menjajah Indonesia kembali.Setelah kedatangan sekutu ke Indonesia dalam rangka mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang, ternyata diikuti oleh Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia
alasan yang menjadi faktor kembalinya kekuasaan belanda di indonesia adalah - Selamat datang di web kami. Pada hari ini admin akan membahas seputar alasan yang menjadi faktor kembalinya kekuasaan belanda di indonesia di/tii aceh sman 1 kejayan kab pasuruan from susunan kenegaraan yang menjadi uu darurat nomor 11 tahun 1950 yang. Jawa adalah wilayah koloni belanda perancis yang belum jatuh ke tangan inggris. Rumah sejarah itulah yang menjadi saksi bisu penyerahan kekuasaan belanda yang telah menjajah indonesia selama 350 tahun kepada jepang, 8 maret 1942. alasan yang menjadi faktor kembalinya kekuasaan belanda di indonesia Yang Menjadi Faktor Kembalinya Kekuasaan Belanda Di Indonesia AdalahSementara itu, inggris mengincar wilayah indonesia untuk dijadikan wilayah jajahannya. Sejarah mencatat ris, tidak berlangsung lama, yakni dari tanggal penetapan keadaulatan yakni 27 desember 1949 hingga pidato bung karno untuk kembali ke bentuk negara kesatuan republik indonesia pada tanggal 17 agustus 1950. Oleh sebab itu voc harus dibubarkan dan terjadi di tahun 1799. Pada akhir abad ke 18 dan awal ke 19 terjadi perang antara perancis dan belanda di daratan eropa. Mereka merancang lagi pelayaran samudera menuju kepulauan nusantara. alasan yang menjadi faktor kembalinya kekuasaan belanda di indonesia tetap menjadi bagian prancis sampai tahun 1813 prancis menarik seluruh pasukannya dari belanda akibat kalah perang di pertempuran leipzig oktober akhir abad ke 18 dan awal ke 19 terjadi perang antara perancis dan belanda di daratan eropa. Tugas utama yg didemban daendels di indonesia answer. Demonstrasi dan tuntutan ini disebabkan oleh ris yang akan mengacaukan persatuab dan beberapa faktor yang menyebabkan kembalinya ke bentuk kesatuan, antara lainSementara itu, inggris mengincar wilayah indonesia untuk dijadikan wilayah jajahannya. Voc mengalami kebangkrutan dan hal ini menjadi sebab di bubarkannya voc. Kekuasaan belanda di indonesia, pengganti raffles adalah gubernur jenderal baron van der capellen dari merancang lagi pelayaran samudera menuju kepulauan satu krisis yang menjadi fenomena saat ini adalah maraknya penyalahgunaan kekuasaan dalam situasi pandemi saat ini oleh penguasa yang tidak bertanggung jawab. Cornelius de houtman dan rombongannya segera meninggalkan banten dan akhirnya kembali ke belanda. Melansir dari buku sejarah, yg menjadi faktor kembalinya kekuasaan belanda di indonesia masuknya bangsa belanda ke indonesia. Jawa adalah wilayah koloni belanda perancis yang belum jatuh ke tangan inggris. Oleh sebab itu voc harus dibubarkan dan terjadi di tahun kekuasaan belanda di mencatat ris, tidak berlangsung lama, yakni dari tanggal penetapan keadaulatan yakni 27 desember 1949 hingga pidato bung karno untuk kembali ke bentuk negara kesatuan republik indonesia pada tanggal 17 agustus 1950. Peleburan provinsi itu seakan mengabaikan jasa baik masyarakat aceh ketika perjuangan mempertahankan kedaulatan negara republik. Sheebycalista january 2019 0 itulah pembahasan tentang alasan yang menjadi faktor kembalinya kekuasaan belanda di indonesia adalah yang bisa kami sampaikan. Terima kasih sudah pernah berkunjung di website aku. semoga artikel yang beta ulas diatas memberikan manfaat bagi pembaca dengan membludak sendiri yang telah berkunjung di website ini. beta berharap desakan berawal seluruh grup ekspansi website ini agar lebih bagus lagi.2201/2018. 0. 65515. Untuk memungkinkan berlakunya hukum Belanda bagi golongan penduduk bukan Belanda (eropa),oleh pemerintah Hindia Belanda dikeluarkan peraturan ketatanegaraan Hindia Belanda atau yang disebut “ Indische Staatregeling ” (I.S) yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1926 melalui Stb.1925-577.- Sejarah kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia awalnya dilatarbelakangi tujuan untuk mencari bangsa Belanda pertama kali masuk perairan kepulauan Indonesia pada 1596 masehi, berpuluh-puluh tahun setelah kedatangan Portugis dan Spanyol. Sebagaimana 2 bangsa Eropa terakhir, kedatangan kapal bangsa Belanda ke nusantara semula dilatarbelakangi tujuan untuk mencari rempah. Usaha pencarian rempah oleh Belanda tidak terlepas dari dominasi Spanyol dan Portugis, dua imperium terbesar daratan Eropa pada masanya. Tadinya, Belanda mendapat suplai rempah dari Lisboa, ibu kota Portugis. Namun, sejak Spanyol menguasai wilayah Belanda, Negeri Oranje dilarang menerima suplai rempah dari Portugis. Padahal, menurut sejarawan M. C. Ricklefs dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, rempah merupakan bahan baku yang sangat penting bagi peradaban bangsa Eropa pada abad ke-15. Oleh orang-orang Eropa, rempah digunakan sebagai bahan obat-obatan, parfum, bumbu masakan, alat ritual agama, dan yang terpenting adalah pengawet makanan. Fungsi pengawet sangat dibutuhkan karena orang Eropa biasa menyembelih semua binatang ternak ketika musim dingin tiba. Jika tidak, ternak akan mati karena suhu dingin. Daging hasil penyembelihan massal tersebut mesti diawetkan untuk memenuhi kebutuhan selama musim dingin, dan rempah sangat dibutuhkan untuk itu. Oleh karena itu, Belanda kemudian mencari jalan lain untuk mendapatkan pasokan rempah. Orang-orang Belanda pun kemudian memulai penjelajahan Belakang Kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia Meskipun pencarian sumber rempah merupakan faktor utama pendorong pelayaran bangsa Belanda ke nusantara, penjelajahan samudera yang mereka lakukan sejak abad 15 M, tidak hanya didasari tujuan buku Sejarah Indonesia Kelas IX terbitan Kemendikbud, sebagaimana bangsa-bangsa Eropa yang lain, pelayaran para pelaut Belanda ke berbagai belahan dunia didorong beberapa peristiwa politik dan perkembangan teknologi pada abad-15. Penjelajahan samudera yang dilakukan oleh bangsa Eropa dilakukan setidaknya karena 2 peristiwa politik penting, yakni kekalahan kerajaan-kerajaan Katolik Eropa dalam Perang Salib dan jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani. Perang Salib memporak-porandakan jalur perdagangan Eropa dan Asia karena berlangsung di perbatasan 2 benua tersebut. Selain jalur perdagangan, keadaan ekonomi kerajaan-kerajaan Eropa pun menjadi terpuruk. Kas mereka menyusut drastis karena besarnya biaya juga Sejarah Politik Etis Tujuan, Tokoh, Isi, & Dampak Balas Budi Sejarah Penyerbuan dan Penaklukan Kairo oleh Kesultanan Utsmaniyah Berselang 2 abad setelah Perang Salib selesai, kota Konstantinopel sekarang Istanbul jatuh ke tangan imperium Turki Usmani Ottoman. Hal ini adalah kabar buruk bagi kerajaan-kerajaan di Eropa karena kota tersebut menjadi titik penting jalur perdagangan antar-benua Eropa dan Asia. Sejak Konstantinopel dikuasai Turki Usmani, para pedagang Eropa dilarang datang ke kota itu untuk bertransaksi dengan pedagang-pedagang dari Asia. Laut Tengah kala itu pun dikuasasi oleh Turki Usmani sehingga bagi para pedagang Eropa nyaris tidak ada peluang untuk berinteraksi dengan penyuplai barang dari Timur jalur perdagangan Asia-Eropa tersebut dibarengi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa-bangsa Benua Biru. Ilmu geografi dan teknologi pelayaran kalau itu mulai maju pesat di Eropa. Ilmu pengetahuan dan teknologi pelayaran yang berkembang pesat setelah Perang Salib membuat bangsa-bangsa Eropa berusaha menemukan jalur perdagangan lain melalui laut. Mereka juga berhasrat menemukan dunia baru di daratan-daratan yang masih misterius bagi bangsa-bangsa Eropa, terutama pulau-pulau penghasil rempah. Pelayaran-pelayaran yang dilakukan tersebut, selain untuk mencari sumber bahan baku dari Asia yang dibutuhkan masyarakat Eropa, juga dijadikan sarana misi penyebaran agama Katolik dan Kristen. Karena itu, lahir istilah gold, glory, and gospel 3G yang menggambarkan semangat pelayaran para penjelajah Eropa kala Masuknya Bangsa Belanda ke Indonesia Para penjelajah Belanda pertama kali masuk ke kepulauan Nusantara pada tahun 1595 dengan empat buah kapal, 64 pucuk meriam, dan 249 awak yang dikomandoi oleh Cornelis de kapal Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman tiba di perairan Banten pada 27 Juni 1596, tepat hari ini 422 tahun lalu. Sebelum angkat sauh dari Amsterdam, Cornelis mendapat informasi bahwa di timur jauh sana, ada kepulauan penghasil rempah-rempah hari itulah, orang-orang Belanda telah menemukan Banten yang sejatinya hanya merupakan sebagian kecil dari kepulauan rempah-rempah paling menggiurkan di dunia. Praktik kolonialisme Belanda di Nusantara segera dimulai, dan Cornelis de Houtman adalah pembuka Banten, rombongan ini melanjutkan pelayaran ke arah timur dengan menyusuri pantai Utara Jawa hingga ke menjadi salah satu orang paling berpengaruh. Selain karena berhasil mendapatkan informasi dari Portugal, termasuk pernah ditangkap dan dipenjara oleh otoritas di sana, ia juga menyumbang dana sebesar gulden untuk persiapan pelayaran itu, sebagaimana diungkapkan Peter Fitzsimons 2012 dalam buku berjudul de Houtman dikenal sebagai kapten kapal yang bertabiat buruk. Semula kedatangannya diterima oleh orang-orang Nusantara dengan tangan terbuka. Namun, ulahnya mengubah relasi itu menjadi perseteruan dan juga Indonesia Dijajah Belanda Gara-Gara Cornelis de Houtman Cornelis de Houtman Tewas dalam Tikaman Rencong Malahayati Meskipun begitu, rombongan de Houtman berhasil kembali ke Belanda pada 1597 dengan membawa serta banyak peti berisi rempah. Pelayaran pertama Belanda untuk mencari rempah di Nusantara kemudian dianggap sukses. Keberhasilan rombingan de Houtman kemudian mendorong pelayaran-pelayaran lain dari Belanda menuju wilayah nusantara. Pelayaran-pelayaran yang dilakukan setelah kembalinya rombongan de Houtman dikenal dengan masa wilde vaart pelayaran tak teratur. Pada 1598, sebanyak 22 kapal bertolak dari Belanda untuk mengikuti langkah rombongan Cornelis de Houtman. Kapal-kapal tersebut bukan merupakan kapal kerajaan, melainkan milik perusahan-perusahaan swasta Belanda. Salah satu rombongan di gelombang pelayaran kedua tersebut dipimpin oleh Jacob van Neck. Berbeda dengan de Houtman, van Neck bersikap lebih hati-hati dan tidak mencoba melawan para penguasa lokal Nusantara. Pada Maret 1599, rombongan van Neck berhasil mencapai Maluku yang kala itu menjadi penghasil utama rempah-rempah dalam jumlah besar. Keberhasilan van Neck menjangkau Maluku membuatnya untung besar saat kembali ke Belanda. Pada 1601, gelombang pelayaran menuju nusantara kembali datang dari Belanda. Sebanyak 14 buah kapal ikut dalam gelombang pelayaran ketiga pelayaran itu lantas diikuti dengan langkah orang-orang Belanda memonopoli perdagangan rempah di sejumlah daerah nusantara. Sejarawan M. C. Ricklefs menyebutkan kesuksesan orang-orang Belanda memonopoli perdagangan rempah di Nusantara dikarenakan mereka belajar dari kesalahan juga Sejarah Pindahnya "Ibu Kota" VOC dari Ambon ke Batavia Kala Coen Menaklukkan Jayakarta dan Mendirikan Batavia Sebenarnya, baik Spanyol dan Portugis mencoba merahasiakan keberadaan kepulauan Nusantara dari bangsa lain di Eropa. Namun, terdapat awak kapal asal Belanda dalam kapal Portugis yang melakukan penjelajahan. Orang-orang inilah yang membuat catatan terperinci tentang seluk-beluk strategi, kelebihan, dan kekurangan pelayaran yang dilakukan Portugis. Tiga gelombang pelayaran orang-orang Belanda ke Nusantara membuat terdapat beberapa perusahaan dagang yang saling bersaing di Nusantara. Akibatnya, keuntungan perdagangan rempah di pasar Eropa berkurang. Untuk menanggulangi dampak persaingan tersebut, pada 1602, dibentuklah Vereenig de Oost Indische Compagnie VOC sebagai perserikatan dagang Belanda. Lewat VOC, perusahaan dagang swasta bersatu dan menghilangkan persaingan sesama pedagang Belanda. Berdirinya VOC juga menjadi tonggak dominasi Belanda di nusantara. Setelah berhasil memonopoli perdagangan rempah, menguasai Batavia dan sebagian Jawa, hingga mengendalikan raja-raja lokal, VOC menjadi representasi awal dari kolonialisme Belanda di juga Perjanjian Tordesillas Direstui Vatikan, Dipicu Hasrat Penjajahan Kebijakan Jepang pada Masa Penjajahan dari Militer hingga Sosial Perjanjian Munster Akhir Sejarah Penjajahan Spanyol atas Belanda - Pendidikan Kontributor Rizal Amril YahyaPenulis Rizal Amril YahyaEditor Addi M IdhomPenyelaras Yulaika Ramadhani Alasanyang menjadi faktor kembalinya kekuasaan Belanda di Indonesia adalah a. kebijakan2 yg diterapkan Inggris tidak sesuai dgn keadaan di , b. ditanda tanganinya Konvensi London 1814 antara Inggris dan Belanda c. kekalahan Belanda dalam perang Koalisi di Eropa d. rakyat lebih menghendaki di bawah pemerintahan Belanda kira2 yang mana ya? tolong bantuannya :) Selama abad ke-eighteen, Vereenigde Oost-Indische Compagnie disingkat VOC memantapkan dirinya sebagai kekuatan ekonomi dan politik di pulau Jawa setelah runtuhnya Kesultanan Mataram. Perusahaan dagang Belanda ini telah menjadi kekuatan utama di perdagangan Asia sejak awal 1600-an, tetapi pada abad ke-18 mulai mengembangkan minat untuk campur tangan dalam politik pribumi di pulau Jawa demi meningkatkan kekuasaannya pada ekonomi lokal. Namun korupsi, manajemen yang buruk dan persaingan ketat dari Inggris East Republic of india Company mengakibatkan runtuhnya VOC menjelang akhir abad ke-18. Pada tahun 1796, VOC akhirnya bangkrut dan kemudian dinasionalisasi oleh pemerintah Belanda. Akibatnya, harta dan milik aset VOC di Nusantara jatuh ke tangan mahkota Belanda pada tahun 1800. Namun, ketika Perancis menduduki Belanda antara tahun 1806 dan 1815, aset-aset tersebut dipindahkan ke tangan Inggris. Setelah kekalahan Napoleon di Waterloo diputuskan bahwa sebagian besar wilayah Nusantara kembali ke tangan Belanda. Arsitek Pemerintah Kolonial Belanda di Indonesia Dua nama menonjol sebagai arsitek Pemerintah Kolonial Belanda di Indonesia. Pertama, Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal 1808-1811 ketika Belanda dikuasai oleh Perancis, dan, kedua, Letnan Inggris Stamford Raffles, Gubernur Jenderal 1811-1816 ketika Jawa dikuasai Inggris. Daendels mereorganisasi pemerintahan kolonial pusat dan daerah dengan membagi pulau Jawa dalam distrik yang juga dikenal sebagai residensi yang dipimpin oleh seorang pegawai negeri sipil Eropa – yang disebutkan residen – yang secara langsung merupakan bawahan dari – dan harus melapor kepada – Gubernur Jenderal di Batavia. Para residen ini bertanggung jawab atas berbagai hal di residensi mereka, termasuk masalah hukum dan organisasi pertanian. Raffles melanjutkan reorganisasi pendahulunya Daendels dengan mereformasi pengadilan, polisi dan sistem administrasi di Jawa. Dia memperkenalkan pajak tanah di Jawa yang berarti bahwa petani Jawa harus membayar pajak, kira-kira nilai dua-perlima dari panen tahunan mereka, kepada pihak berwenang. Raffles juga sangat tertarik dengan budaya dan bahasa Jawa. Pada tahun 1817 ia menerbitkan bukunya The History of Java, salah satu karya akademis pertama yang topiknya pulau Jawa. Namun, reorganisasi administrasinya yang diterapkan Raffles juga berarti meningkatnya intervensi pihak asing di masyarakat dan ekonomi Jawa, yang tercermin dari meningkatnya jumlah pejabat peringkat menengah Eropa yang bekerja di residensi-residensi di pulau Jawa. Antara tahun 1825 dan tahun 1890 jumlah ini meningkat dari 73 menjadi 190 pejabat Eropa. Sistem pemerintahan kolonial Belanda di Jawa adalah sistem yang direk langsung maupun dualistik. Bersamaan dengan hirarki Belanda, ada hirarki pribumi yang berfungsi sebagai perantara antara petani Jawa dan layanan sipil Eropa. Bagian atas struktur hirarki pribumi ini terdiri dari para aristokrasi Jawa, sebelumnya para pejabat yang mengelola kerajaan Mataram. Namun, karena dikuasai penjajah, para priyayi ini terpaksa melaksanakan kehendak Belanda. Meningkatnya dominasi Belanda atas pulau Jawa tidak datang tanpa perlawanan. Ketika pemerintah kolonial Belanda memutuskan untuk membangun jalan di tanah yang dimiliki Pangeran Diponegoro yang ditunjuk sebagai wali tahta Yogyakarta setelah kematian mendadak saudara tirinya, ia memberontak dengan didukung oleh mayoritas penduduk di Jawa Tengah dan ia menjadikannya perang jihad. Perang ini berlangsung tahun 1825-1830 dan mengakibatkan kematian sekitar 215,000 orang, sebagian besar orang Jawa. Tapi setelah Perang Jawa selesai – dan pangeran Diponegoro ditangkap – Belanda jauh lebih kuat di Jawa dibanding sebelumnya. Tanam Paksa atau Sistem Kultivasi di Jawa Persaingan dengan para pedagang Inggris, Perang Napoleon di Eropa, dan Perang Jawa mengakibatkan beban keuangan yang berat bagi pemerintah Belanda. Diputuskan bahwa Jawa harus menjadi sebuah sumber pendapatan utama untuk Belanda dan karena itu Gubernur Jenderal Van den Bosch mendorong dimulainya era Tanam Paksa para sejarawan di Republic of indonesia mencatat periode ini sebagai era Tanam Paksa namun pemerintah kolonial Belanda menyebutnya Cultuurstelsel yang artinya Sistem Kultivasi di tahun 1830. Dengan sistem ini, Belanda memonopoli perdagangan komoditi-komoditi ekspor di Jawa. Terlebih lagi, pihak Belanda-lah yang memutuskan jenis dan jumlah komoditi yang harus diproduksi oleh para petani Jawa. Secara umum, ini berarti bahwa para petani Jawa harus menyerahkan seperlima dari hasil panen mereka kepada Belanda. Sebagai gantinya, para petani menerima kompensasi dalam bentuk uang dengan harga yang ditentukan Belanda tanpa memperhitungkan harga komoditi di pasaran dunia. Para pejabat Belanda dan Jawa menerima bonus bila residensi mereka mengirimkan lebih banyak hasil panen dibanding waktu sebelumnya, maka mendorong intervensi pinnacle-downward dan penindasan. Selain pemaksaan penanaman dan kerja rodi, pajak tanah Raffles juga masih berlaku! Sistem Tanam Paksa menghasilkan kesuksesan keuangan. Antara tahun 1832 dan 1852, sekitar xix persen dari total pendapatan pemerintah Belanda berasal dari koloni Jawa. Antara tahun 1860 dan 1866, angka ini bertambah menjadi 33 persen. Pada awalnya, sistem Tanam Paksa itu tidak didominasi hanya oleh pemerintah Belanda saja. Para pemegang kekuasaan Jawa, pihak Eropa swasta dan juga para pengusaha Tionghoa ikut berperan. Namun, setelah 1850 – waktu sistem Tanam Paksa direorganisasi – pemerintah kolonial Belanda menjadi pemain utama. Namun reorganisasi ini juga membuka pintu bagi pihak-pihak swasta Eropa untuk mulai mendominasi Jawa. Sebuah proses privatisasi terjadi karena pemerintah kolonial secara bertahap mengalihkan produksi komoditi ekspor kepada para pengusaha swasta Eropa. Zaman Liberal Hindia Belanda Semakin banyak suara terdengar di Belanda yang menolak sistem Tanam Paksa dan mendorong sebuah pendekatan yang lebih liberal bagi perusahaan-perusahaan asing. Penolakan sistem Tanam Paksa ini terjadi karena alasan kemanusiaan dan alasan ekonomi. Pada 1870 kelompok liberal di Belanda memenangkan kekuasaan di parlemen Belanda dan dengan sukses menghilangkan beberapa ciri khas sistem Tanam Paksa seperti persentase penanaman beserta keharusan menggunakan lahan dan tenaga kerja untuk hasil panen dengan tujuan ekspor. Kelompok liberal ini membuka jalan untuk dimulainya sebuah periode baru dalam sejarah Republic of indonesia yang dikenal sebagai Zaman Liberal sekitar 1870-1900. Periode ini ditandai dengan pengaruh besar dari kapitalisme swasta dalam kebijakan kolonial di Hindia Belanda. Pemerintah kolonial pada saat itu kurang lebih memainkan peran sebagai pengawas dalam hubungan antara pengusaha-pengusaha Eropa dengan masyarakat pedesaan Jawa. Namun, walau kaum liberal mengatakan bahwa keuntungan pertumbuhan ekonomi juga akan mengucur kepada masyarakat lokal, keadaan para petani Jawa yang menderita karena kelaparan, kurang pangan, dan penyakit tidak lebih baik di Zaman Liberal dibandingkan dengan masa sistem Tanam Paksa. Abad ke-xix juga dikenal sebagai abad ekspansi karena Belanda melaksanakan ekspansi geografis yang substantial di Nusantara. Didorong oleh mentalisme imperialisme baru, negara-negara Eropa bersaing untuk mencari koloni-koloni di luar benua Eropa untuk motif ekonomi dan condition. Salah satu motif penting bagi Belanda untuk memperluas wilayahnya di Nusantara – selain keuntungan keuangan – adalah untuk mencegah negara-negara Eropa lain mengambil bagian-bagian dari wilayah ini. Pertempuran paling terkenal dan pertempuran yang paling lama antara Belanda dan rakyat pribumi selama periode ekspansi Belanda abad ini adalah Perang Aceh yang dimulai pada tahun 1873 dan berlangsung sampai 1913, berakibat pada kematian lebih dari 100,000 orang. Namun, Belanda tidak pernah memegang kontrol penuh atas Aceh. Toh, integrasi politik antara Jawa dan pulau-pulau lain di Nusantara sebagai kesatuan politis kolonial telah tercapai sebagian besar pada awal abad ke-20. Politik Etis dan Nasionalisme Indonesia Waktu perbatasan Hindia Belanda mulai mirip perbatasan yang ada di Indonesia saat ini, Ratu Belanda Wilhelmina membuat pengumuman pada pidato tahunannya di 1901 bahwa kebijakan baru, Politik Etis, akan diterapkan di Hindia Belanda. Politik Etis ini yang merupakan pengakuan bahwa Belanda memiliki hutang budi kepada orang pribumi Nusantara bertujuan untuk meningkatkan standar kehidupan penduduk asli. Cara untuk mencapai tujuan ini adalah melalui intervensi negara secara langsung dalam kehidupan ekonomi, dipromosikan dengan slogan irigasi, pendidikan, dan emigrasi’. Namun, pendekatan baru ini tidak membuktikan kesuksesan yang signifikan dalam hal meningkatkan standar kehidupan penduduk asli. Namun, Politik Etis itu ada efek samping yang sangat penting. Komponen pendidikan dalam politik ini berkontribusi signifikan pada kebangkitan nasionalisme Indonesia dengan menyediakan alat-alat intelektual bagi para elite masyarakat Republic of indonesia untuk mengorganisir dan menyampaikan keberatan-keberatan mereka terhadap pemerintah kolonial. Politik Etis ini memberikan kesempatan lewat sistem edukasi, untuk sebagian kecil kaum elit Indonesia, untuk memahami ide-ide politik Barat mengenai kemerdekaan dan demokrasi. Maka, untuk pertama kalinya orang-orang pribumi mulai mengembangkan kesadaran nasional sebagai orang Republic of indonesia’. Pada 1908, para mahasiswa di Batavia mendirikan asosiasi Budi Utomo, kelompok politis pribumi yang pertama. Peristiwa ini dianggap sebagai saat kelahiran nasionalisme Indonesia. Hal ini memulai tradisi politik kerja sama antara elit muda Republic of indonesia dan para pejabat pemerintahan Belanda yang diharapkan untuk membantu wilayah Hindia Barat mencapai kemerdekaan yang terbatas. Bab selanjutnya dalam proses kebangkitan nasionalisme Indonesia adalah pendirian partai politik pertama berbasis masa, Sarekat Islam, pada tahun 1911. Pada awalnya, organisasi ini didirikan untuk mendukung para pengusaha pribumi terhadap pengusaha Tionghoa yang mendominasi ekonomi lokal namum Sarekat Islam ini kemudian mengembangkan fokusnya dan mengembangkan kedasaran politik populer dengan tendensi subversif. Gerakan-gerakan penting lainnya yang menyebabkan terbukanya pemikiran politik pribumi adalah Muhammadiyah, gerakan reformis sosio-religius Islam yang didirikan pada tahun 1912 dan Asosiasi Sosial Demokrat Hindia, gerakan komunis yang didirikan pada tahun 1914 yang menyebarluaskan ide-ide Marxisme di Hindia Belanda. Perpecahan internal di gerakan ini kemudian mendorong pendirian Partai Komunis Republic of indonesia PKI pada tahun 1920. Pada awalnya, pemerintah kolonial Belanda mengizinkan pendirian gerakan-gerakan politik lokal namun ketika ideologi Indonesia diradikalisasi pada tahun 1920an seperti yang tampak dalam pemberontakan-pemberontakan komunis di Jawa Barat dan Sumatra Barat di tahun 1926 dan 1927 pemerintah kolonial Belanda mengubahkan kebijakannya. Sebuah rezim yang relatif toleran digantikan dengan rezim represif yang menekan semua tindakan yang diduga subversif. Rezim represif ini justru memperparah keadaannya dengan meradikalisasi seluruh gerakan nasionalis Indonesia. Sebagian dari para nasionalis ini mendirikan Partai Nasionalis Indonesia PNI pada tahun 1927 sebagai sebuah reaksi terhadap rezim yang represif. Tujuannya adalah mencapai kemerdekaan penuh untuk Indonesia. Peristiwa penting lainnya bagi nasionalisme Republic of indonesia adalah Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Pada kongres yang dihadiri organisasi-organisasi pemuda ini, tiga idealisme diproklamasikan, menyatakan diri memiliki satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Tujuan utama dari kongres ini adalah mendorong persatuan antara kaum muda Indonesia. Di dalam kongres ini lagu yang kemudian menjadi lagu kebangsaan nasional Republic of indonesia Raya dikumandangkan dan bendera nasional di masa kemerdekaan merah-putih dikibarkan untuk yang pertama kalinya. Pemerintah kolonial Belanda bertindak dengan melakukan aksi-aksi penekanan. Para pemimpin nasionalis muda, seperti Sukarno yang di kemudian hari menjadi presiden pertama Republic of indonesia dan Mohammad Hatta wakil presiden Indonesia yang pertama ditangkap dan diasingkan. Invasi Jepang ke Hindia Belanda Penjahah Belanda cukup kuat untuk mencegah nasionalisme Indonesia dengan cara menangkap para pemimpinnya dan menekan organisasi-organisasi nasionalis. Namun para penjajah tidak bisa menghapuskan sentimen nasionalisme yang telah tertanam di hati bangsa Indonesia. Orang-orang Republic of indonesia, di sisi lain, tidak cukup kuat untuk melawan pemimpin kolonialis dan karenanya membutuhkan bantuan dari luar untuk menghancurkan sistem kolonial. Pada Maret 1942, tentara Jepang, dibakar semangatnya oleh keinginan akan minyak, menyediakan bantuan tersebut dengan menduduki Hindia Belanda. Walau pada awalnya disambut sebagai pembebas oleh penduduk pribumi Indonesia, mereka segera mengalami kesengsaraan di bawah penjajahan Jepang kekurangan makanan, pakaian dan obat beserta kerja paksa di bawah kondisi yang menyiksa. Kurangnya makanan terutama disebabkan oleh administrasi yang tidak kompeten, dan ini mengubahkan Jawa menjadi sebuah pulau penuh kelaparan. Orang-orang Indonesia bekerja sebagai buruh paksa disebut romusha ditempatkan untuk bekerja dalam proyek-proyek konstruksi yang padat karya di Jawa. Waktu Jepang mengambil alih Hindia Belanda para pejabat Belanda ditempatkan dalam kamp-kamp tawanan dan digantikan dengan orang-orang Indonesia untuk mengerjakan tugas-tugas kepemerintahan. Tentara Jepang mendidik, melatih dan mempersenjatai banyak kaum muda Indonesia dan memberikan suara politik kepada para pemimpin nasionalis. Ini memampukan para pemimpin nasionalis untuk mempersiapkan masa depan bangsa Indonesia yang merdeka. Pada bulan-bulan terakhir sebelum penyerahan diri Jepang, yang secara efektif mengakhiri Perang Dunia II, pihak Jepang memberikan dukungan penuh pada gerakan nasionalis Republic of indonesia. Hancurnya kekuasaan politik, ekonomi, dan sosial pemerintah kolonial Belanda melahirkan sebuah era baru. Pada 17 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, delapan hari setelah penjatuhan bom cantlet di Nagasaki dan dua hari setelah Jepang kalah perangnya. Klik di sini untuk membaca tentang pemerintahan Sukarno Perbedaan Persepsi tentang Masa Penjajahan Republic of indonesia Sebenarnya, ada tiga sejarah’, atau lebih tepat tiga versi periode kolonial Indonesia, yaitu 1 Versi Indonesia sejarah penjajahan dari sudut pandang Indonesia2 Versi Belanda sejarah penjajahan dari sudut pandang Belanda3 Versi akademik sejarah penjajahan dari sudut pandang para sejarawan Namun harus langsung ditekankan bahwa di dalam tiga versi masing-masing terdapat banyak variasi juga. Toh, kita dapat melihat tiga versi tersebut secara garis besar. Yang membedakan versi Republic of indonesia dan versi Belanda dari versi akademis jelas versi Republic of indonesia dan versi Belanda diwarnai oleh sentimen dan/atau kepentingan politik masing-masing, sedangkan versi akademik bertujuan untuk memberikan versi yang obyektif dan akurat bukan berdasarkan sentimen tetapi berdasarkan bukti dan sumber. Anda sekarang mungkin pertanyakan versi yang mana yang Anda baca di atas? Nah, ikhtisar periode kolonial Indonesia yang disajikan di atas adalah sinopsis dari versi akademik. Namun, tidak kalah menariknya untuk memberikan sedikit informasi tentang sejarah penjajahan Indonesia dari sudut pandang Indonesia versus sudut pandang Belanda. Dengan versi-versi ini, yang kami maksudkan adalah konsensus umum dan pandangan umum yang diterima oleh bangsa termasuk rakyat biasa tetapi juga para pejabat pemerintah, dan mereka yang menulis buku-buku sejarah untuk generasi muda, dll. di kedua negara ini. Tentunya, versi Indonesia dan versi Belanda ada banyak kesamaan. Namun, karena keterlibatan kedua pihak dalam sejarah kolonial ini, ada beberapa perbedaan terkait dengan sentimen dan kepentingan politik di masing-masing negara. Persepsi Indonesia Misalnya, saat berbicara dengan seorang Indonesia tentang masa penjajahan berapapun tingkat pendidikan orangnya ia akan mengatakan bahwa Indonesia dijajahi oleh Belanda selama tiga setengah abad. Benarkah ini? Sebenarnya tidak terlalu tepat. Soalnya, statemen itu mengimplikasikan bahwa Indonesia sudah merupakan negara yang bersatu pada akhir tahun 1500-an atau awal tahun 1600-an. Namun, pada kenyataannya, tanah yang sekarang kita kenal sebagai Republic of indonesia dikuasai banyak kerajaan yang tidak memiliki perasaan persaudaraan satu sama lain, apalagi mereka tidak mempunyai sentimen nasionalis, atau rasa persatuan lainnya. Faktanya, perang antara kerajaan-kerajaan itu terus terjadi sebelum hampir semua kerajaan itu ditaklukkan Belanda. Seperti digambarkan di atas, rasa persaudaraan dan nasionalisme di antara bangsa-bangsa Indonesia baru muncul awal abad ke-twenty. Lagipula, seluruh wilayah yang sekarang kita kenal sebagai Indonesia tidak ditaklukkan oleh Belanda pada waktu yang sama dan kemudian dimiliki Belanda selama abad. Sebaliknya, ekspansi politik Belanda di Nusantara agak pelan-pelan dan bertahap makan waktu beberapa abad sebelum wilayahnya di bawah kendali Belanda dan di beberapa bagian kendali Belanda itu sangat dangkal, seperti di Aceh. Faktanya, baru sekitar tahun 1930-an Belanda kurang lebih memiliki seluruh wilayah dengan perbatasan yang sekarang kita kenal sebagai Indonesia. Namun yang harus diakui bahwa beberapa bagian Nusantara memang dijajahi Belanda selama abad misalnya Batavia/Jakarta dan sebagian Maluku. Ada bagian lainnya yang dikuasai Belanda selama sekitar dua abad misalnya sebagian besar pulau Jawa, tetapi sebagian besar Nusantara, secara bertahap, baru ditaklukkan selama abad ke-19 dan awal abad ke-20, dan di banyak daerah tidak pernah ada penduduk asli yang melihat seorang Belanda. Kalau gitu, kok ada pandangan bahwa seluruh Indonesia dijajahi Belanda selama tiga setengah abad? Jawabannya adalah politik’. Yang jadi jelas dari sinopsis di atas, nasionalisme Indonesia dibentukkan oleh kesadaran para pemuda dan bangsa Indonesia yang beragam itu apa pun latar belakangnya, etnisnya, budayanya atau agamanya bahwa mereka memiliki satu musuh bersama-bersama, yaitu para penjajah Belanda. Justru karena memiliki satu musuh yang kuat ini, bangsa yang sangat beragam itu sempat bersatu, menjadi bangsa Republic of indonesia. Itu juga menjelaskan kenapa – setelah musuhnya itu telah hilang pada tahun 1949 – muncul periode kacau yang berkepanjangan dalam politik dan masyarakat Indonesia antara tahun 1949 dan 1967. Dengan musuhnya hilang, tiba-tiba semua perbedaan mendasar antara rakyat Indonesia muncul ke permukaan yang kemudian mengakibatkan pemberontakan PRRI di Sumatra dan Semesta di Sulawesi, panggilan untuk separatisme Aceh dan Maluku, dan panggilan untuk mendirikan negara Islam Darul Islam. Hanya ketika sebuah rezim otoriter yang baru, yaitu Orde Baru Suharto, mengambil kendali, kekacauan tersebut jadi hilang dan, sama seperti waktu penjajahan Belanda, dengan mengorbankan hak asasi manusia. Maka demi kepentingan nasionalisme untuk menjaga kesatuan Indonesia, pemerintah Republic of indonesia pas setelah kemerdekaan sengaja tidak menyebutkan misalnya dalam buku-buku sekolah bahwa daerah-daerah dan pulau-pulau masing-masing tidak memiliki sejarah yang sama dalam konteks penjajahan. Persepsi Belanda Belanda juga punya cukup banyak alasan untuk menggambarkan sejarah kolonial yang berbeda dengan kenyataan. Soalnya Belanda selama beberapa dekade terakhir adalah salah satu negara yang menekankan pentingnya hak asasi manusia HAM. Masalahnya sikap ini sangat tidak cocok dengan sejarah kolonialnya yang penuh dengan pelanggaran HAM di Nusantara beserta di Suriname. Oleh karena itu, kekerasan yang dilakukan dalam sejarah kolonialnya tidak disebutkan di buku-buku sekolah yang dibaca murid-murid Belanda di highschool. Sebaliknya, periode VOC justru digambarkan sebagai puncak kebanggaan nasional karena – meskipun negara yang sangat kecil di Eropa – Belanda menjadi negara terkaya di dunia pada abad ke-17 Zaman Keemasan Belanda’, tidak hanya dalam hal perdagangan dan militer tetapi juga dalam hal seni dan sains. Namun, pelanggaran HAM jarang disoroti. Contoh yang menarik adalah waktu mantan Perdana Menteri Belanda January Peter Balkenende menjadi jengkel saat diskusi dengan Dewan Perwakilan Belanda Tweede Kamer pada tahun 2006. Menanggapi pandangan pesimistis DPR Belanda tentang masa depan ekonomi Belanda, Balkenende mengatakan “mari, kita optimis, mari kita menjadi berpikiran positif kembali. Mentalitas VOC itu! Pandangan yang melampaui perbatasan!” Ini adalah contoh dari memori selektif yang menandakan rasa bangga yang berasal dari periode VOC. Namun, setelah Balkenende mengatakan demikian memang banyak orang politisi Belanda, media Belanda, dan rakyat Belanda yang mengkritik pernyataan Balkenende itu. Juga penting untuk disebutkan bahwa makin banyak orang Belanda sadar akan sejarahnya yang penuh kekerasan termasuk perbudakan. Misalnya, patung-patung di Belanda yang memuliakan orang-orang dari masa VOC dan masa kolonial – seperti Jan Pieterszoon Coen dan van Heutsz – telah dibuang atau sangat dikritik oleh penduduk Belanda setempat. Kasus menarik lainnya adalah permintaan maaf yang dibuat oleh duta besar Belanda untuk Indonesia Tjeerd de Zwaan pada tahun 2013. Dia meminta maaf atas “ekses yang dilakukan oleh pasukan Belanda antara 1945 dan 1949”. Ini agak luar biasa karena ini pertama kali penjabat Belanda minta maaf soal sejarah penjajahan. Namun, belum pernah Belanda meminta maaf atas semua peristiwa kekerasan yang terjadi sebelum 1945! Bahkan waktu Raja dan Ratu Belanda, Willem-Alexander dan Maxima, mengunjungi Indonesia pada awal 2022, Willem-Alexander dengan gagap meminta maaf atas kekerasan Belanda yang terjadi pada periode 1945-1949 bukan yang sebelum 1945. Kenapa Belanda menunggu lama sekali sebelum minta maaf soal kekerasan 1945-1949? Diasumsikan bahwa para pejabat Belanda tidak ingin meminta maaf karena dapat menyinggung perasaan para veteran Belanda yang mempertaruhkan nyawa mereka di Indonesia demi negara mereka dan kerabat para prajurit Belanda yang meninggal pada periode ’45 -’49 saat berperang demi negaranya. Bahkan, kemungkinan besar pemerintah Belanda takut akan konsekuensi keuangan kalau mengakui pelanggaran HAM lewat permintaan maaf korban yang masih hidup, atau kerabat mereka, bisa menggugat. Sumber • Ricklefs A History of Mod Republic of indonesia since • H. Dick, The Emergence of a National Economic system. An Economical History of Republic of indonesia, 1800-2000 • E. Locher-Scholten & P. Rietbergen, Hof en handel Aziatische vorsten en de VOC 1620-1720 • D. Henley due Environment, Merchandise and Club in Southeast Asia • J. Touwen Extremes in the Archipelago Trade and Economical Development in the Outer Islands of Indonesia, 1900-1942 • H. Jonge & North. Kaptein Transcending Borders Arabs, Politics, Trade and Islam in Southeast Asia
Belanda ingin menegakkan kekuasaannya kembali di Indonesia karena .. karena Indonesia saat itu merupakan wilayah jajahan koloni Belanda yang paling besar dan paling menguntungkan, misalnya dari ekspor teh, kopi, karet, dan minyak Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, seiring dengan kekalahan Jepang di Perang Dunia II. Namun kemerdekaan Indonesia tidak serta merta diterima oleh Belanda, sebagai mantan penjajah Indonesia. Dalam berbagai upaya, mereka berusaha menjadikan kembali Indonesia sebagai wilayah berupaya kembali menguasai Indonesia dengan membonceng kedatangan pasukan Sekutu. Pasukan Sekutu ini awalnya bertujuan untuk melucuti pasukan Jepang di Indonesia dan mengembalikan pasukan Jepang ke negaranya. Namun kemudian pasukan Sekutu membebaskan dan mempersenjatai para tahanan Belanda, dan membantu Netherlands Indies Civil Administration NICA untuk membentuk kembali pemerintahan Hindia Belanda dan menjadikan kembali Indonesia sebagai wilayah jajahan Sekutu juga berupaya melucuti dan membubarkan pasukan Tentara Keamanan Rakyat TKR. Hal ini menyebabkan konflik dan berbagai pertempuran antara pasukan Sekutu dan terntara Indonesia di berbagai juga membentuk negara federal untuk memecah Indonesia menjadi negara kecil, seperti Negara Pasundan, Negara Indonesia Timur dan Negara Sumatera Timur. Puncak upaya Belanda ini adalah diluncurkannya dua serangan besar yaitu Agresi Militer I Operatie Product dan Agresi Militer II Operatie Kraai. Sebagai akibat agresi ini, banyak wilayah Indonesia yang dikuasai militer Belanda, termasuk ibu kota Jakarta. Ini membuat Presiden Sukarno harus mengungsi ke lebih lanjut tentang penyebab terjadinya Perundingan Linggarjati di lebih lanjut langkah Indonesia menuju Konferensi Meja Bundar di lebih lanjut perlawanan menghadapi penjajahan Belanda kembali di -Detail Jawaban Kode Kelas IX Mata pelajaran IPS / Sejarah Materi Bab 3 - Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan 1945-1949
Kebijakanmerupakan keputusan yang telah ditetapkan atau standing decision yang memiliki karakteristik tertentu seperti konsistensi sikap dan keberulangan bagi subyek dan obyeknya (Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt dalam Reyes, 2001). Sementara kebijakan pendidikan dapat dimaknai sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mengatur Alasan yang menjadi faktor kembalinya kekuasaan Belanda di Indonesia adalah ... a. kebijakan2 yg diterapkan Inggris tidak sesuai dgn keadaan di , b. ditanda tanganinya Konvensi London 1814 antara Inggris dan Belanda c. kekalahan Belanda dalam perang Koalisi di Eropa d. rakyat lebih menghendaki di bawah pemerintahan Belanda kira2 yang mana ya? tolong bantuannya tangannya konversi londondon 1814 belanda dalam perang koalisi di eropa, semoga jawabannya benar Tetapiyang menjadi tujuan adalah untuk menjadi suatu kesepakatan antara tokoh pemimpin utama Indonesia dengan pemerintah colonial Belanda. Kerjasama ekonomi Pemerintah Republik dan Belanda semakin mempersempit keempatan dagang bagi kalangan Indo-Cina di daerah-daerah kekuasaan Belanda. Kalangan elite republik berupaya a. Masa pelaksanaan sistem tanam paksaKekuasaan Belanda di Indonesia, Pengganti Raffles adalah Gubernur Jenderal Baron Van Der Capellen dari Belanda. Di masa kekuasaanya diterapkan kebijakan politik liberal namun mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh Kebijakan politik liberal tidak sesuai dengan sistem feodal di IndonesiaStruktur birokrasi feodal yang panjang menyebabkan pemerintah tidak dapat berhubungan langsung dengan rakyatKas negeri Belanda mengalami defisit karena beban utang yang banyak dalam perang 80 tahun dengan Spanyol dan lepasnya daerah penopang ekonomi Belanda yaitu Belgia .Kekuasaan Belanda di Indonesia, Tahun 1830 Indonesia di bawah kekuasaan Gubernur Jenderal Van den Bosch dengan tugas utama mencari dana untuk menutup hutang-hutang Belanda .Penyebab defisit keuangan Belanda adalah terjadinya perang koalisi Inggris melawan Perancis dimana Belanda memihak Inggris,perang kemerdekan untuk melepaskan dari Spanyol, terjadinya perang paderi, dan perang Diponegoro di untuk menutup hutang dilaksanakanlah Cultuur Stelsel atau politik tanam paksa dengan aturan sebagai berikut Penduduk menyediakan sebagian tanah mereka untuk ditanami tanaman perdaganganTanaman perdagangan tidak boleh melebihi dari 1/5 tanah pendudukWaktu untuk menanam perdagangan tidak boleh melebihi waktu tanam padiTanah untuk tanaman perdagangan dibebaskan dari pajakHasil tanaman perdagangan diserahkan pemerintah bila melebihi ketentuan dikembalikanKegagalan panen yang bukan disebabkan petani ditanggung pemerintahYang tidak punya tanah wajib bekerja di tanah pemerintah selama 66 hariPenanaman tanaman perdagangan diawasi oleh penguasa lokalPenderitaan Saat Sistem Tanam PaksaTelah menyebabkan penderitaan bagi bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya Cultuur Procenten yaitu imbalan atau hadiah bagi yang dapat menyerahkan hasil melebihi dari ketentuan yang di juga 3. Kekuasaan Inggris di IndonesiaCultuur procenten telah mendorong para pengawas lokal saling berlomba untuk meningkatkan hasil tanaman terjadi banyak penyimpangan dari ketentuan pokok aturan tanam paksa seperti Tanah untuk tanaman perdagangan melebihi dari 1/5 tanah pendudukWaktu untuk menanam perdagangan melebihi waktu tanam padiTanah untuk tanaman perdagangan dikenakan pajakHasil tanam perdagangan diserahkan pemerintah bila lebih dari ketentuan tidak dikembalikanKegagalan panen yang bukan menjadi tanggungan petaniAkibat tanam paksa adalah Belanda menjadi makmur, Belanda dapat melunasi hutang-hutangnya bahkan dapat membangun kota dampak positifnya adalah Indonesia mengenal berbagai macam tanaman perdagangan selain penderitaan,kesengsaraan dan kelaparan yang dialami oleh bangsa Indonesia .Reaksi terhadap pelaksanaan tanam paksa kemenangan kaum liberal dalam parlemen menyebabkan STP sistem tanam paksa dihapus diganti sistem ekonomi liberalKekejaman STP diketahui dari Edward Douwes Dekker lewat bukunya Max Havelaar dengan nama samaran Multatuli, Frans van der Putte lewat buku berjudul Zuicker Contracten Kontrak-kontrak gula yang berisi penyelewengan aturan tanam paksa dan Baron van Hoevel yang memprotes sistem tanam paksa melalui parlemen di negeri Pelaksanaan sistem politik ekonomi Terbuka / politik liberalAkhirnya pemerintah Belanda mulai menghapuskan tanam lada 1860, tanam nila dan teh 1865 Hapusnya tanam paksa di tandai dengan keluarnya Suiker Wet atau undang-undang gula dan UU Agraria 1870 yang isinya tanah adalah milik rakyat dan melarang perpindahan hak milik rakyat pada Asing kecuali menyewa dan masuknya usaha swasta serta modal asing di Indonesia. Matroji11-12Untuk memperlancar usaha swasta ini dibangun jalan raya, jembatan, jalan kereta api 1873, saluran irigasi dan benteng pertahanan dengan cara kerja paksa. Pengaruh positif politik liberal di Indonesia Berkembangnya paham liberal yang menentang kekuasaan raja yang sewenang-wenang, munculnya pengusaha swasta, hapusnya politik tanam paksa 1870,Masuknya modal asing ke Indonesia, pembangunan sarana-prasarana seperti jalan raya saluran irigasi, jalan kereta api, jembatan , tanah perkebunan semakin luas, penduduk kota semakin padat, munculnya kaum buruh, rakyat pedesaan semakin mengenal pentingnya uang sebagai alat negatif pelaksanaan politik liberal adalah Gaji yang diterima buruh kecil, para pekerja terikat kontrak sehingga tidak bisa melepaskan diri dari pekerjaannya, adanya peraturan Poenale Sanctie yaitu pemberian sanksi/hukuman bagi para buruh yang melarikan diri bila tertangkap mereka diberi hukuman berat mulai dari hukuman badan maupun Sanctie akhirnya dihapuskan setelah munculnya pamlet yang berjudul De Milioener van Deli Jutawan-Jutawan dari Deli yang ditulis Van den Brand yang menimbulkan kemarahan dari masyarakat Belanda, dan terdesaknya usaha kerajinan rakyat oleh barang ekonomi liberal dan tanam paksa tetap tidak jauh beda persamaannya kedua-duanya tetap menimbulkan penderitaan bagi bangsa Indonesia, sedangkan perbedaanya sistem tanam paksa dilakukan oleh pemerintah sedangkan sistem ekonomi liberal dilakukan Masa politik etisPelaksanaan sistem ekonomi terbuka menimbulkan protes dan kritik keras untuk menghapus sistem usaha swasta dan lahirlah politik Etis atau politik Balas Budi. Ini berkat perjuangan Van Den Berg dan Van De Venter lewat bukunya berjudul “Een Eresschuld” atau Hutang mengusulkan untuk memperbaiki nasib rakyat Indonesia perlu dilaksanakan irigasi, educatie pendidikan dan praktek pelaksanaan politik Etis masih jauh dari harapan. Irigasi misalnya yang semula bertujuan mengairi sawah-sawah penduduk diselewengkan untuk mengairi tanah-tanah perkebunan milik Belanda,Migrasi menjadi sarana pemerintah untuk mendapatkan tenaga kerja yang murah dari Jawa untuk ditempatkan di tanah-tanah perkebunan milik Belanda di luar atau pendidikan terjadi diskriminasi antara Gbr. Van De Venter anak orang Eropa dengan pribumi dan hanya mereka yang mampu yang bisa sekolah seperti anak pejabat atau bisa dipetik dari pendidikan ini adalah munculnya kaum terpelajar yang melahirkan organisasi pergerakan nasional yang akan memperjuangkan kemerdekaan lewat organisasi-organisasi juga A. Latar Belakang Kedatangan Bangsa Barat Ke IndonesiaSumber Info Pembelajaran InternetWikipedia youtube Unacademy – Indonesia .